Sabtu, 21 Maret 2015

KESEHATAN MENTAL FAKTOR-FAKTOR PENYESUAIAN DIRI

Posted: Yenti Susanti
22 Maret 2015

KESEHATAN MENTAL
FAKTOR-FAKTOR PENYESUAIAN DIRI


BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Kesehatan mental merupakan suatu kondisi batin yang senantiasa berada dalam keadaan tenang, aman dan tentram, dan upaya untuk menemukan ketenangan batin dapat dilakukan antara lain melalui penyesuaian diri secara resignasi (penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan)”.
Sedangkan menurut paham ilmu kedokteran, kesehatan mental merupakan suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras dengan keadaan orang lain.
Dalam ajaran agama yang diwahyukan oleh Allah telah terlebih dahulu membahas tentang hakikat jiwa, penyakit jiwa dan kesehatan jiwa yang telah disampaikan oleh para Rasul Allah. Ilmu kesehatan mental merupakan ilmu kesehatan jiwa yang membahas kehidupan rohani yang sehat, dengan memandang pribadi manusia suatu totalitas psikofisik yang kompleks.
Sebelumnya pengertian mental itu, hanya diperuntukan kepada mereka yang mengalami gangguan jiwa saja. Padahal kesehatan mental tersebut diperlukan bagi setiap orang yang menginginkan ketentraman dan kebahagiaan.
Gangguan jiwa (neurose) dan penyakit jiwa (psychose) adalah akibat dari tidak mampunya orang menghadapi kesukaran-kesukarannya dengan wajar, atau tidak sanggup menyesuaikan diri dengan situasi yang dihadapinya.

B.  Rumusan Masalah
1.    Apakah faktor-faktor dinamika dalam penyesuaian diri ?
2.    Apa saja macam-macam penyesuaian diri ?


BAB II
PEMBAHASAN

A.  Faktor-faktor Dinamika Dalam Penyesuaian Diri
1.    Frustasi
Frustasi adalah suatu keadaan, dimana suatu kebutuhan tidak bisa terpenuhi, dan tujuan tidak bisa tercapai, dan orang mengalami satu bariere/halangan dalam usahanya mencapai satu tujuan. [1]
Jika seseorang dalam usaha dan perjuangannya mencapai satu tujuan/obyek terhambat, sehingga usahanya gagal, maka dia disebut : mengalami frustasi.
Frustasi bisa menimbulkan dua kelompok tingkah laku atau respon yaitu :
a.    Bisa melemparkan dan menghancurkan seseorang, yaitu merusak atau mengakibatkan disorganisasi pada struktur kepribadian (mengalami mental disorder parah).
b.    Dapat menjadi satu titik tolak baru bagi satu usaha baru, guna menciptakan bentuk adaptasi dan mekanisme pemuasan kebutuhan yang baru pula. Sehingga terjadilah perkembangan kehidupan baru. [2]
Frustasi bisa menimbulkan situasi yang menguntungkan, yang positif. Sebaliknya juga bisa mengakibatkan timbulnya situasi yang destruktif merusak dan negatif sifatnya.
Beberapa reaksi frustasi yang sifatnya membangun secara positif adalah peristiwa sebagai berikut :
1)   Mobilisasi dan penambahan aktivitas.
2)   Besinnung (berpikir secara mendalam).
3)   Resignation (tawakal, pasrah pada Tuhan).
4)   Membuat dinamis irriil satu kebutuhan.
5)   Kompensasi atau substitusi dari tujuan. 
6)   Sublimasi (sublime = terutama, maha tinggi).
Reaksi frustasi yang negatif :
1)   Agresi yaitu kemarahan meluap-luap tindakan permusuhan, dan mengadakan penyerangan kasar, karena seseorang mengalami kegagalan.
2)   Regresi yaitu surut kembali pada pola reaksi yang primitive, tidak adekuat, dan infantile kekanak-kanakan.
3)   Fixatie (fiksasi = pelekatan, pembatasan pada satu pola yang tetap). Cara tingkah laku yang tetap dan terus menerus diperbuat, sekalipun sudah tidak berguna lagi, atau sudah tidak pantas lagi dan tidak cocok lagi.
4)   Pendesakan dan kompleks-kompleks terdesak, yaitu usaha untuk menghilangkan atau menekan/mendesak dalam ketidaksadaran beberapa kebutuhan, pikiran-pikiran yang jahat, nafsu-nafsu, dan perasaan-perasaan yang negatif.
5)   Rasionalisasi ialah cara untuk menolong diri secara tidak wajar, yaitu dengan jalan membenarkan kelakuan sendiri, dengan memberikan alasan yang masuk akal atau yang bisa diterima secara sosial, untuk menggantikan alasan yang sesungguhnya.
6)   Proyeksi ialah usaha melemparkan atau memproyeksikan kesalahan, kelemahan dan sikap sendiri yang negatif pada orang lain.
7)   Sour grape technique (teknik anggur masam) yaitu usaha memberikan atribut yang jelek atau negatif pada tujuan yang tidak bisa dicapainya.
8)   Sweet orange technique (teori jeruk manis) yaitu usaha memberikan atribut-atribut yang bagus dan unggul pada semua kegagalan, kelemahan dan kekurangan sendiri.
9)   Identifikasi ialah pengasosiasian diri secara akrab dengan satu kelompok atau satu sebab.
10)    Narsisme adalah perasaan superior, extreme self impartancy, dan perhatian serta cinta diri yang berlebih-lebihan. Menganggap diri sendiri paling pandai, paling hebat, dll.
11)    Autisme
-       Yaitu gejala menyendiri atau menutup diri secara total dari dunia riil, dan tidak mau berkomunikasi lagi dengan dunia luar.
-       Autism ialah cara berpikir yang dikendalika oleh kebutuhan personal atau oleh diri sendiri.
-       Menanggapi dunia berdasarkan penglihatan dan harapan sendiri, dan menolak realitas.
-       Keasyikan ekstrim dengan pikiran dan fantasi sendiri.[3]
Ada dua tipe frustasi yaitu frustasi pribadi dan frustasi lingkungan. Frustasi pribadi adalah frustasi akibat dari kekurangan seseorang, seperti tingkat intelegensi yang rendah, kekurangan kekuatan jasmani, atau kekurangan aspek-aspek yang lain. Frustasi lingkungan adalah frustasi akibat adanya halangan-halangan dalam lingkungannya, seperti pembatasan yang ditekankan oleh orang tua, kekurangan uang, atau ada kekangan fisik. [4]

2.    Konflik
Konflik jiwa atau pertentangan batin adalah adanya dua macam dorongan atau lebih yang berlawanan satu sama lain, dan tidak dapat dipenuhi dalam waktu yang bersamaan.
Ada tiga corak konflik, yaitu :
a.    Konflik pendekatan kembar (double-approach conflick)
Dimana seseorang harus memilih ntara dua cita-cita atau dua tujuan yang sama-sama menarik. Misalnya, segera mengawini artis sinetron memenuhi keinginan mertua atau menyelesaikan skripsi lebih dulu agar gelar dokter segera diraih.
b.    Konflik penghindaran kembar (double-avoidant conflict)
Dimana seseorang harus memilih antara dua hal yang sama-sama sulit bahkan buruk. Misalnya, mengerjakan pekerjaan yang menjijikkan di kamar mayat atau keluar dari pekerjaan  tetapi tidak bisa makan, menikah dengan duda beranak lima atau tetap sendiri menjadi perawan tua.


c.    Konflik pendekatan penghindaran (approach-avoidant conflict)
Dimana seseorang harus memutuskan apakah dia akan bergerak atau tidak menuju pada tujuan yang menyenangkan, tetapi untuk mencapainya memiliki konsekuensi-konsekuensi yang menyakitkan. Misalnya, mencari kemegahan sebagai pahlawan di medan perang dengan mempertaruhkan nyawanya. [5]

3.    Cemas
   Kecemasan  adalah manifestasi dari berbagai proses emosi yang bercampur baur, yan terjadi ketika orang sedang mengalami tekanan perasaan (frustasi) dan pertentangan batin (konflik). Kecemasan mempunyai segi yang disadarinya seperti rasa takut, terkejut, tidak berdaya, rasa bersalah, terancam dan sebagainya. Juga ada segi-segi yang terjadi di luar kesadaran dan tidak bisa menghindari perasaan yang tidak menyenangkan itu.[6]
Rasa cemas itu terdapat dalam semua gangguan jiwa, dan macam-macam rasa cemas adalah sebagai berikut :
a.    Rasa cemas yang timbul akibat melihat dan mengetahui ada bahaya yang mengancam dirinya. Cemas ini lebih dekat kepada rasa takut, karena sumbernya jelas terlihat dalam pikiran, misalnya seorang mahasiswa yang sepanjang tahun bermain-main saja, merasa cemas apabila ujian datang.
b.    Rasa cemas yang berupa penyakit dan terlihat dalam beberapa bentuk. Yang paling sederhana adalah cemas yang paling umum. Ada pula cemas dalam bentuk takut terhadap benda atau suatu hal misalnya takut melihat serangga. Selanjutnya  cemas dalam bentuk ancaman, yaitu kecemasan yang menyertai gejala-gejala gangguan dan penyakit jiwa. Orang merasa cemas karena menyangka akan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan, sehingga ia merasa terancam oleh sesuatu itu.
c.    Cemas karena merasa berdosa atau bersalah, karena melakukan hal-hal yang berlawanan dengan keyakinan atau hati nurani. Cemas ini sering pula menyertai gejala gangguan jiwa. Gejala cemas ada yang berbentuk fisik dan ada yang berbentuk mental. Gejala fisik seperti ujung-ujung jari terasa dingin, pencernaan tidak teratur, pukulan jantung cepat, keringat bercucuran, tidur tidak nyenyak, nafsu makan hilang, kepala pusing, sesak nafas dan sebagainnya.[7]
Menurut Miramis kecemasan akan timbul bilamana individu tidak mampu menghadapi suatu keadaan stress, dimana stress dapat mengancam perasaan, kemampuan hidupnya. Sumber-sumber kecemasan adalah frustasi, konflik, tekanan, dan krisis. Frustasi akan timbul bila adanya hambatan atau halangan antara individu dengan tujuan dan maksudnya. Konfliknya terjadi bilamana individu tidak dapat memilih antara dua atau lebih kebutuhan atau tujuannya. Tekanan biarkan kecil tetapi bila bertumpuk-tumpuk dapat menjadi stress. Dan krisis adalah suatu keadaan yang mendadak yang menimpa individu dan dapat menimbulkan kecemasan yang hebat.[8]

Freud membedakan kecemasan menjadi 3 macam, yaitu :
 a. Kecemasan Neurotik (Neurotic Anxiety), yaitu kecemasan yang berhubungan erat dengan mekanisme pembelaan diri, dan juga disebabkan oleh perasaan bersalah atau berdosa, konflik-konflik emosional yang serius, frustasi, serta ketegangan-ketegangan batin.
b. Kecemasan Moral (Anxiety of moral conscience/super ego), yaitu rasa takut akan suara hati, di masa lampau pribadi pernah melanggar norma moral dan bisa di hukum lagi, misalnya takut untuk melakukan perbuatan yang melanggar ajaran agama.
c. Kecemasan Realistik (Realistic Anxiety), yaitu rasa takut akan bahaya-bahaya nyata di dunia luar, misalnya takut pada ular berbisa.[9]

B.  Macam-macam Penyesuaian Diri
Penyesuaian adalah suatu proses dinamik terus menerus yang bertujuan untuk mengubah kelakuan guna mendapatkan hubungan yang lebih serasi antara diri dan lingkungan, berdasarkan pengertian itu kita dapat membatasi faktor tersebut, bahwa ia adalah kemampuan untuk membuat hubungan yang memuaskan antara orang dan lingkungannya. [10]
Faktor pokok dalam penyesuaian diri pada individu, diantaranya yang terpenting adalah :
1.    Pemuasan kebutuhan pokok dan kebutuhan-kebutuhan pribadi.
Yang dimaksud dengan kebutuhan pokok adalah kebutuhan jasmani atau fisik, seperti kebutuhan akan makan, minum, membuang kotoran dan kebutuhan akan istirahat. Pemuasan kebutuhan itu termasuk hal yang mutlak perlu, karena tanpa pemuasannya individu akan binasa. Adapun kebutuhan pribadi kadang-kadang disebut kebutuhan psiko sosial. Diantara kebutuhan-kebutuhan yang terpenting adalah adalah kebutuhan akan rasa kasih sayang, kebutuhan akan ras sukses, kebutuhan akan kestabilan, kebutuhan akan kebebasan dan kebutuhan akan pengalaman-pengalaman lama, demikian pula kebutuhan akan rasa ke keluargaan.
2.    Hendaknya cukup ada pada individu kebiasaan-kebiasaan dan keterampilan yang dapat membantunya dalam pemenuhan kebutuhan yang mendesak.
3.    Hendaknya orang mengenal dirinya, sesungguhnya pengenalan orang akan dirinya merupakan salah satu syarat pokok dalam penyesuaian diri yang baik.
4.    Orang hendaknya dapat menerima dirinya. Pandangan orang terhadap dirinya merupakan faktor terpenting, yang mempengaruhi kelakuannya apabila pandangan tersebut baik, penuh dengan kelegaan, maka hal itu akan mendorongnya untuk bekerja dan menyesuaikan diri dengan anggota masyarakat dan akan membawanya kepada sukses, yang sesuai dengan kesesuaian, tanpa berusaha untuk bekerja di bidang yang tidak mungkin ia mencapai sukses karena kemampuannya tidak mengizinkan.
5.    Kelincahan. Yang dimaksud dengan kelincahan di sini adalah agar orang bereaksi terhadap perangsang-perangsang baru dengan cara yang serasi (cocok). Ada dua macam kelincahan yaitu kelincahan yang kuat, di mana orang dapat menyesuiakan diri dengan lingkungan baru tanpa terjadi perubahan pada sifat dan kepribadiannyayang asli. Di samping itu ada kelincahan yang lemah, di mana orang menerima nilai-nilai lingkungan yang baru dengan cara meninggalkan kepribadian yang asli.
6.    Penyesuaian dan persesuaian (menyerah).
Ada orang yang beranggapan bahwa penyesuaian diri adalah semacam penyerahan, atas dasar bahwa menyerah mempunyai ciri menghindari ketegangan dan menjauhkannya. Sesungguhnya menyerah dalam pandangan mereka dianggap semacam penyesuaian dalam bentuk penyerahan terhadap lingkungan, terutama lingkungan kebudayaan dan sosial. Menyerah menuntut akan tunduknya individu terhadap suasana dan keadaan di mana ia hidup, di samping itu dituntut pula dari padanya perubahan sikap dan perasaannya. [11] 

Macam-macam penyesuaian diri
1.      Habl Min Al-Nafs
Kesehatan seseorang terganggu karena terlalu lelah beraktifitas maka ia harus menyesuaikan dirinya agar tidak sakit.
2.      Habl Min Al-Nas
Ketika manusia pergi ke suatu daerah pada saat itu manusia harus menyesuaikan diri dengan budaya yang ada di daerah tersebut.
3.      Habl Minallah
Berinteraksi kepada Allah dengan cara melakukan ibadah shalat 5 waktu.
4.      Habl Min Alam
Dengan cara merawat lingkungan alam sekitar dan tidak merusaknya seperti penanaman pohon dan sebagainya.








BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat kita simpulkan sebagai berikut :
1.    Frustasi adalah suatu keadaan, dimana suatu kebutuhan tidak bisa terpenuhi, dan tujuan tidak bisa tercapai, dan orang mengalami satu bariere/halangan dalam usahanya mencapai satu tujuan.
2.    Beberapa reaksi frustasi yang sifatnya membangun secara positif yaitu mobilisasi dan penambahan aktivitas, besinnung (berpikir secara mendalam), resignation (tawakal, pasrah pada Tuhan), membuat dinamis irriil satu kebutuhan, dll.
3.    Reaksi frustasi yang negatif diantaranya adalah agresi, regresi, fixatie, pendesakan dan kompleks-kompleks terdesak, rasionalisasi, proyeksi, dll.
4.    Konflik jiwa atau pertentangan batin adalah adanya dua macam dorongan atau lebih yang berlawanan satu sama lain, dan tidak dapat dipenuhi dalam waktu yang bersamaan. Ada tiga corak konflik yaitu konflik pendekatan kembar, konflik penghindaran kembar, konflik pendekatan penghindaran.
5.    Kecemasan adalah manifestasi dari berbagai proses emosi yang bercampur baur, yan terjadi ketika orang sedang mengalami tekanan perasaan (frustasi) dan pertentangan batin (konflik). Kecemasan ada 3 yaitu kecemasan neurotik, kecemasan moral, kecemasan realistik.
6.    Penyesuaian diri ada beberapa macam yaitu habl Mmn al-nafs, habl min al-nas, habl min ‘alam, habl min Allah
B.  Saran
Begitu banyak buku yang membahas tentang faktor-faktor dinamika dalam penyesuaian diri. Penulis menyadari banyak kesalahan dan kekurangan dalam penulisan makalah ini. Kritik yang membangun dari pembaca penulis harapkan. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.


DAFTAR PUSTAKA


Baihaqi, MIF dkk, 2005, Konsep Dasar dan Gangguan-gangguan, Bandung : PT Refika Aditama
Daradjat, Zakiyah, Penyesuaian Diri, diakses Minggu, 16 September 2012, dari  www.refleksiteraphy.com
Fahmi, Musthafa, 1977, Kesehatan Jiwa Dalam Keluarga, Sekolah, dan Masyarakat, Jakarta : Bulan Bintang
Kartono, Kartini, 2009, Psikologi Abnormal dan Abnormalitas Seksual, Bandung : CV Mandar Maju
Miramis, 1995, Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, Surabaya : Airlangga University Press
S Hall, Calvin, A Primer of Freudian Psychology, diakses Minggu, 16 September 2012, dari www.duniapsikologi.com.




[1] Kartini Kartono, Psikologi Abnormal dan Abnormalitas Seksual, (Bandung : CV Mandar Maju, 2009), Cet.VII, hlm. 215.
[2] Ibid
[3] Ibid
[4] MIF Baihaqi, dkk, Konsep Dasar dan Gangguan-gangguan, (Bandung : PT Refika Aditama, 2005), Cet. I, hlm. 48.  
[5] Ibid
[6] Zakiyah Daradjat, “Penyesuaian Diri” Diakses Minggu, 16 September 2012, dari  www.refleksiteraphy.com
[7] Ibid
[8] Miramis, Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, (Surabaya : Airlangga University Press, 1995), hlm. 65.
[9]  Calvin S Hall, A Primer of Freudian Psychology”, diakses Minggu, 16 September 2012, dari www.duniapsikologi.com.
[10] Musthafa Fahmi, Kesehatan Jiwa Dalam Keluarga, Sekolah, dan Masyarakat, (Jakarta : Bulan Bintang, 1977), Cet. I, hlm. 24.
[11] Ibid

Tidak ada komentar:

Posting Komentar