Posted: Yenti Susanti
22 Maret 2015
KESEHATAN MENTAL
FAKTOR-FAKTOR PENYESUAIAN DIRI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan
mental merupakan suatu kondisi batin yang senantiasa berada dalam keadaan
tenang, aman dan tentram, dan upaya untuk menemukan ketenangan batin dapat
dilakukan antara lain melalui penyesuaian diri secara resignasi (penyerahan
diri sepenuhnya kepada Tuhan)”.
Sedangkan
menurut paham ilmu kedokteran, kesehatan mental merupakan suatu kondisi yang
memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari
seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras dengan keadaan orang lain.
Dalam ajaran agama yang diwahyukan oleh Allah
telah terlebih dahulu membahas tentang hakikat jiwa, penyakit jiwa dan
kesehatan jiwa yang telah disampaikan oleh para Rasul Allah. Ilmu kesehatan
mental merupakan ilmu kesehatan jiwa yang membahas kehidupan rohani yang sehat,
dengan memandang pribadi manusia suatu totalitas psikofisik yang kompleks.
Sebelumnya pengertian mental itu, hanya
diperuntukan kepada mereka yang mengalami gangguan jiwa saja. Padahal kesehatan
mental tersebut diperlukan bagi setiap orang yang menginginkan ketentraman dan
kebahagiaan.
Gangguan jiwa
(neurose) dan penyakit jiwa (psychose) adalah akibat dari tidak mampunya orang
menghadapi kesukaran-kesukarannya dengan wajar, atau tidak sanggup menyesuaikan
diri dengan situasi yang dihadapinya.
B. Rumusan
Masalah
1.
Apakah faktor-faktor dinamika dalam penyesuaian
diri ?
2.
Apa saja macam-macam penyesuaian diri ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Faktor-faktor
Dinamika Dalam Penyesuaian Diri
1.
Frustasi
Frustasi
adalah suatu keadaan, dimana suatu kebutuhan tidak bisa terpenuhi, dan tujuan
tidak bisa tercapai, dan orang mengalami satu bariere/halangan dalam usahanya
mencapai satu tujuan. [1]
Jika
seseorang dalam usaha dan perjuangannya mencapai satu tujuan/obyek terhambat,
sehingga usahanya gagal, maka dia disebut : mengalami frustasi.
Frustasi
bisa menimbulkan dua kelompok tingkah laku atau respon yaitu :
a.
Bisa
melemparkan dan menghancurkan seseorang, yaitu merusak atau mengakibatkan
disorganisasi pada struktur kepribadian (mengalami mental disorder parah).
b.
Dapat
menjadi satu titik tolak baru bagi satu usaha baru, guna menciptakan bentuk
adaptasi dan mekanisme pemuasan kebutuhan yang baru pula. Sehingga terjadilah
perkembangan kehidupan baru. [2]
Frustasi bisa menimbulkan situasi yang
menguntungkan, yang positif. Sebaliknya juga bisa mengakibatkan timbulnya
situasi yang destruktif merusak dan negatif sifatnya.
Beberapa reaksi frustasi yang sifatnya
membangun secara positif adalah peristiwa sebagai berikut :
1)
Mobilisasi
dan penambahan aktivitas.
2)
Besinnung
(berpikir secara mendalam).
3)
Resignation
(tawakal, pasrah pada Tuhan).
4)
Membuat
dinamis irriil satu kebutuhan.
5)
Kompensasi
atau substitusi dari tujuan.
6)
Sublimasi
(sublime = terutama, maha tinggi).
Reaksi
frustasi yang negatif :
1) Agresi
yaitu kemarahan meluap-luap tindakan permusuhan, dan mengadakan penyerangan
kasar, karena seseorang mengalami kegagalan.
2) Regresi
yaitu surut kembali pada pola reaksi yang primitive, tidak adekuat, dan
infantile kekanak-kanakan.
3) Fixatie
(fiksasi = pelekatan, pembatasan pada satu pola yang tetap). Cara tingkah laku
yang tetap dan terus menerus diperbuat, sekalipun sudah tidak berguna lagi,
atau sudah tidak pantas lagi dan tidak cocok lagi.
4) Pendesakan
dan kompleks-kompleks terdesak, yaitu usaha untuk menghilangkan atau
menekan/mendesak dalam ketidaksadaran beberapa kebutuhan, pikiran-pikiran yang
jahat, nafsu-nafsu, dan perasaan-perasaan yang negatif.
5) Rasionalisasi
ialah cara untuk menolong diri secara tidak wajar, yaitu dengan jalan
membenarkan kelakuan sendiri, dengan memberikan alasan yang masuk akal atau
yang bisa diterima secara sosial, untuk menggantikan alasan yang sesungguhnya.
6) Proyeksi
ialah usaha melemparkan atau memproyeksikan kesalahan, kelemahan dan sikap
sendiri yang negatif pada orang lain.
7) Sour
grape technique (teknik anggur masam) yaitu usaha memberikan atribut yang jelek
atau negatif pada tujuan yang tidak bisa dicapainya.
8) Sweet
orange technique (teori jeruk manis) yaitu usaha memberikan atribut-atribut yang
bagus dan unggul pada semua kegagalan, kelemahan dan kekurangan sendiri.
9) Identifikasi
ialah pengasosiasian diri secara akrab dengan satu kelompok atau satu sebab.
10) Narsisme
adalah perasaan superior, extreme self impartancy, dan perhatian serta cinta
diri yang berlebih-lebihan. Menganggap diri sendiri paling pandai, paling
hebat, dll.
11) Autisme
-
Yaitu
gejala menyendiri atau menutup diri secara total dari dunia riil, dan tidak mau
berkomunikasi lagi dengan dunia luar.
-
Autism
ialah cara berpikir yang dikendalika oleh kebutuhan personal atau oleh diri
sendiri.
-
Menanggapi
dunia berdasarkan penglihatan dan harapan sendiri, dan menolak realitas.
-
Keasyikan
ekstrim dengan pikiran dan fantasi sendiri.[3]
Ada dua
tipe frustasi yaitu frustasi pribadi dan frustasi lingkungan. Frustasi pribadi
adalah frustasi akibat dari kekurangan seseorang, seperti tingkat intelegensi
yang rendah, kekurangan kekuatan jasmani, atau kekurangan aspek-aspek yang
lain. Frustasi lingkungan adalah frustasi akibat adanya halangan-halangan dalam
lingkungannya, seperti pembatasan yang ditekankan oleh orang tua, kekurangan
uang, atau ada kekangan fisik. [4]
2.
Konflik
Konflik jiwa atau pertentangan batin adalah adanya
dua macam dorongan atau lebih yang berlawanan satu sama lain, dan tidak dapat
dipenuhi dalam waktu yang bersamaan.
Ada tiga
corak konflik, yaitu :
a.
Konflik
pendekatan kembar (double-approach conflick)
Dimana
seseorang harus memilih ntara dua cita-cita atau dua tujuan yang sama-sama
menarik. Misalnya, segera mengawini artis sinetron memenuhi keinginan mertua
atau menyelesaikan skripsi lebih dulu agar gelar dokter segera diraih.
b.
Konflik
penghindaran kembar (double-avoidant conflict)
Dimana
seseorang harus memilih antara dua hal yang sama-sama sulit bahkan buruk.
Misalnya, mengerjakan pekerjaan yang menjijikkan di kamar mayat atau keluar
dari pekerjaan tetapi tidak bisa makan,
menikah dengan duda beranak lima atau tetap sendiri menjadi perawan tua.
c.
Konflik
pendekatan penghindaran (approach-avoidant conflict)
Dimana
seseorang harus memutuskan apakah dia akan bergerak atau tidak menuju pada
tujuan yang menyenangkan, tetapi untuk mencapainya memiliki konsekuensi-konsekuensi
yang menyakitkan. Misalnya, mencari kemegahan sebagai pahlawan di medan perang
dengan mempertaruhkan nyawanya. [5]
3.
Cemas
Kecemasan adalah manifestasi dari
berbagai proses emosi yang bercampur baur, yan terjadi ketika orang sedang mengalami
tekanan perasaan (frustasi) dan pertentangan batin (konflik). Kecemasan
mempunyai segi yang disadarinya seperti rasa takut, terkejut, tidak berdaya,
rasa bersalah, terancam dan sebagainya. Juga ada segi-segi yang terjadi di luar
kesadaran dan tidak bisa menghindari perasaan yang tidak menyenangkan itu.[6]
Rasa cemas itu terdapat dalam semua gangguan jiwa,
dan macam-macam rasa cemas adalah sebagai berikut :
a.
Rasa cemas yang timbul akibat melihat dan mengetahui
ada bahaya yang mengancam dirinya. Cemas ini lebih dekat kepada rasa takut,
karena sumbernya jelas terlihat dalam pikiran, misalnya seorang mahasiswa yang
sepanjang tahun bermain-main saja, merasa cemas apabila ujian datang.
b.
Rasa cemas yang berupa penyakit dan terlihat dalam
beberapa bentuk. Yang paling sederhana adalah cemas yang paling umum. Ada pula
cemas dalam bentuk takut terhadap benda atau suatu hal misalnya takut melihat
serangga. Selanjutnya cemas dalam bentuk
ancaman, yaitu kecemasan yang menyertai gejala-gejala gangguan dan penyakit
jiwa. Orang merasa cemas karena menyangka akan terjadi sesuatu yang tidak
menyenangkan, sehingga ia merasa terancam oleh sesuatu itu.
c.
Cemas karena merasa berdosa atau bersalah, karena
melakukan hal-hal yang berlawanan dengan keyakinan atau hati nurani. Cemas ini
sering pula menyertai gejala gangguan jiwa. Gejala cemas ada yang berbentuk
fisik dan ada yang berbentuk mental. Gejala fisik seperti ujung-ujung jari
terasa dingin, pencernaan tidak teratur, pukulan jantung cepat, keringat
bercucuran, tidur tidak nyenyak, nafsu makan hilang, kepala pusing, sesak nafas
dan sebagainnya.[7]
Menurut
Miramis kecemasan akan timbul bilamana individu tidak mampu menghadapi suatu
keadaan stress, dimana stress dapat mengancam perasaan, kemampuan hidupnya.
Sumber-sumber kecemasan adalah frustasi, konflik, tekanan, dan krisis. Frustasi
akan timbul bila adanya hambatan atau halangan antara individu dengan tujuan
dan maksudnya. Konfliknya terjadi bilamana individu tidak dapat memilih antara
dua atau lebih kebutuhan atau tujuannya. Tekanan biarkan kecil tetapi bila
bertumpuk-tumpuk dapat menjadi stress. Dan krisis adalah suatu keadaan yang
mendadak yang menimpa individu dan dapat menimbulkan kecemasan yang hebat.[8]
Freud membedakan kecemasan menjadi 3 macam,
yaitu :
a.
Kecemasan Neurotik (Neurotic Anxiety), yaitu kecemasan
yang berhubungan erat dengan mekanisme pembelaan diri, dan juga disebabkan oleh
perasaan bersalah atau berdosa, konflik-konflik emosional yang serius,
frustasi, serta ketegangan-ketegangan batin.
b. Kecemasan Moral (Anxiety of moral conscience/super ego),
yaitu rasa takut akan suara hati, di masa lampau pribadi pernah melanggar norma
moral dan bisa di hukum lagi, misalnya takut untuk melakukan perbuatan yang
melanggar ajaran agama.
c. Kecemasan Realistik (Realistic
Anxiety), yaitu rasa takut akan bahaya-bahaya nyata di dunia luar,
misalnya takut pada ular berbisa.[9]
B. Macam-macam Penyesuaian
Diri
Penyesuaian
adalah suatu proses dinamik terus menerus yang bertujuan untuk mengubah
kelakuan guna mendapatkan hubungan yang lebih serasi antara diri dan
lingkungan, berdasarkan pengertian itu kita dapat membatasi faktor tersebut,
bahwa ia adalah kemampuan untuk membuat hubungan yang memuaskan antara orang
dan lingkungannya. [10]
Faktor
pokok dalam penyesuaian diri pada individu, diantaranya yang terpenting adalah
:
1. Pemuasan
kebutuhan pokok dan kebutuhan-kebutuhan pribadi.
Yang
dimaksud dengan kebutuhan pokok adalah kebutuhan jasmani atau fisik, seperti
kebutuhan akan makan, minum, membuang kotoran dan kebutuhan akan istirahat.
Pemuasan kebutuhan itu termasuk hal yang mutlak perlu, karena tanpa pemuasannya
individu akan binasa. Adapun kebutuhan pribadi kadang-kadang disebut kebutuhan
psiko sosial. Diantara kebutuhan-kebutuhan yang terpenting adalah adalah
kebutuhan akan rasa kasih sayang, kebutuhan akan ras sukses, kebutuhan akan
kestabilan, kebutuhan akan kebebasan dan kebutuhan akan pengalaman-pengalaman
lama, demikian pula kebutuhan akan rasa ke keluargaan.
2. Hendaknya
cukup ada pada individu kebiasaan-kebiasaan dan keterampilan yang dapat
membantunya dalam pemenuhan kebutuhan yang mendesak.
3. Hendaknya
orang mengenal dirinya, sesungguhnya pengenalan orang akan dirinya merupakan
salah satu syarat pokok dalam penyesuaian diri yang baik.
4. Orang
hendaknya dapat menerima dirinya. Pandangan orang terhadap dirinya merupakan
faktor terpenting, yang mempengaruhi kelakuannya apabila pandangan tersebut
baik, penuh dengan kelegaan, maka hal itu akan mendorongnya untuk bekerja dan
menyesuaikan diri dengan anggota masyarakat dan akan membawanya kepada sukses,
yang sesuai dengan kesesuaian, tanpa berusaha untuk bekerja di bidang yang
tidak mungkin ia mencapai sukses karena kemampuannya tidak mengizinkan.
5. Kelincahan.
Yang dimaksud dengan kelincahan di sini adalah agar orang bereaksi terhadap
perangsang-perangsang baru dengan cara yang serasi (cocok). Ada dua macam
kelincahan yaitu kelincahan yang kuat, di mana orang dapat menyesuiakan diri
dengan lingkungan baru tanpa terjadi perubahan pada sifat dan
kepribadiannyayang asli. Di samping itu ada kelincahan yang lemah, di mana
orang menerima nilai-nilai lingkungan yang baru dengan cara meninggalkan
kepribadian yang asli.
6. Penyesuaian
dan persesuaian (menyerah).
Ada
orang yang beranggapan bahwa penyesuaian diri adalah semacam penyerahan, atas
dasar bahwa menyerah mempunyai ciri menghindari ketegangan dan menjauhkannya.
Sesungguhnya menyerah dalam pandangan mereka dianggap semacam penyesuaian dalam
bentuk penyerahan terhadap lingkungan, terutama lingkungan kebudayaan dan
sosial. Menyerah menuntut akan tunduknya individu terhadap suasana dan keadaan
di mana ia hidup, di samping itu dituntut pula dari padanya perubahan sikap dan
perasaannya. [11]
Macam-macam
penyesuaian diri
1.
Habl Min
Al-Nafs
Kesehatan
seseorang terganggu karena terlalu lelah beraktifitas maka ia harus
menyesuaikan dirinya agar tidak sakit.
2.
Habl
Min Al-Nas
Ketika manusia pergi ke suatu
daerah pada saat itu manusia harus menyesuaikan diri dengan budaya yang ada di
daerah tersebut.
3.
Habl
Minallah
Berinteraksi kepada Allah
dengan cara melakukan ibadah shalat 5 waktu.
4.
Habl
Min Alam
Dengan cara merawat lingkungan
alam sekitar dan tidak merusaknya seperti penanaman pohon dan sebagainya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari
uraian di atas dapat kita simpulkan sebagai berikut :
1.
Frustasi
adalah suatu keadaan, dimana suatu kebutuhan tidak bisa terpenuhi, dan tujuan
tidak bisa tercapai, dan orang mengalami satu bariere/halangan dalam usahanya
mencapai satu tujuan.
2. Beberapa
reaksi frustasi yang sifatnya membangun secara positif yaitu mobilisasi dan
penambahan aktivitas, besinnung (berpikir secara mendalam), resignation
(tawakal, pasrah pada Tuhan), membuat dinamis irriil satu kebutuhan, dll.
3. Reaksi
frustasi yang negatif diantaranya adalah agresi, regresi, fixatie, pendesakan
dan kompleks-kompleks terdesak, rasionalisasi, proyeksi, dll.
4.
Konflik jiwa atau pertentangan batin adalah adanya
dua macam dorongan atau lebih yang berlawanan satu sama lain, dan tidak dapat
dipenuhi dalam waktu yang bersamaan. Ada tiga
corak konflik yaitu konflik pendekatan kembar, konflik penghindaran kembar,
konflik pendekatan penghindaran.
5.
Kecemasan adalah manifestasi dari berbagai proses
emosi yang bercampur baur, yan terjadi ketika orang sedang mengalami tekanan
perasaan (frustasi) dan pertentangan batin (konflik). Kecemasan
ada 3 yaitu kecemasan neurotik, kecemasan moral, kecemasan realistik.
6. Penyesuaian
diri ada beberapa macam yaitu habl Mmn
al-nafs, habl min al-nas, habl min
‘alam, habl min Allah
B. Saran
Begitu banyak buku yang membahas tentang faktor-faktor dinamika dalam penyesuaian
diri. Penulis menyadari banyak kesalahan dan kekurangan dalam penulisan
makalah ini. Kritik yang membangun dari pembaca penulis harapkan. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Baihaqi, MIF dkk, 2005, Konsep Dasar dan Gangguan-gangguan,
Bandung : PT Refika Aditama
Daradjat, Zakiyah, Penyesuaian Diri, diakses Minggu, 16 September 2012, dari www.refleksiteraphy.com
Fahmi, Musthafa, 1977, Kesehatan Jiwa Dalam Keluarga, Sekolah, dan Masyarakat, Jakarta :
Bulan Bintang
Kartono, Kartini, 2009, Psikologi Abnormal dan Abnormalitas Seksual,
Bandung : CV Mandar Maju
Miramis,
1995, Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa,
Surabaya : Airlangga University Press
S Hall, Calvin, A Primer of Freudian
Psychology, diakses Minggu, 16 September 2012, dari www.duniapsikologi.com.
[1] Kartini Kartono, Psikologi
Abnormal dan Abnormalitas Seksual, (Bandung : CV Mandar Maju, 2009),
Cet.VII, hlm. 215.
[4] MIF Baihaqi, dkk, Konsep
Dasar dan Gangguan-gangguan, (Bandung : PT Refika Aditama, 2005), Cet. I,
hlm. 48.
[6] Zakiyah Daradjat, “Penyesuaian
Diri” Diakses Minggu, 16 September 2012, dari www.refleksiteraphy.com
[9] Calvin S Hall, “A Primer of Freudian Psychology”, diakses Minggu, 16 September 2012, dari
www.duniapsikologi.com.
[10] Musthafa Fahmi, Kesehatan
Jiwa Dalam Keluarga, Sekolah, dan Masyarakat, (Jakarta : Bulan Bintang, 1977),
Cet. I, hlm. 24.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar